Serdadu Nelangsa
Kepada Sri: tak selamanya engkau digenggam untuk dicintai, seringnya kau hanya dicengkram untuk dinikmati. maka cerdaslah dalam menyusui dahaga lelaki.
saya menduga, ia masih berkilah dari rayu naluriah. terus memaksa akalnya sadar, meski di balik sangkar itu jerit nafsu terasa bingar.
serius, saya sering dengar.
kadang kala saya kasihan pada air liurnya, yang lama tertahan dalam rongga.
...
kemarin dia bilang ke saya, ia kokoh karena dipagari besi-besi etika. tapi sepertinya tak sulit juga untuk membuatnya roboh; bahkan hanya dengan satu suara yang selembut sutra.
ah, saya mulai ragu padanya. akankah ia berlari sebab tergoda atau memilih diam di atas doa?
...
namun tidak munafik, saya selalu suka ketika dia menyerah. persis seperti anak kecil yang merengek di pinggang ibu agar dibelikan kembang gula. padahal jajanan itu manisnya hanya sesaat, kan? tetapi memang itu yang diinginkannya. melebur dan tersungkur dalam panas dekapan hawa. alasannya selalu sama; sembunyi dari cambuk dunia.
dan lengannya benarlah sungguh rapuh. di sela-sela jarinya saya pun sering berteduh, menjatuhkan kecupan mesra entah untuk yang ke berapa, mengingatkan; bahwa pada sayalah segala karamnya tenang bersauh.
"tak perlu takut, kapanpun pada surga kau mulai iri, berlindunglah kemari. sebab akulah, akulah firdausmu di sini."
saya selalu suka ketika dia menyerah, meski pada detik itu juga tubuh saya berdarah dilumuri marah. tetapi ia tak tahu dan tidak pernah boleh tahu. karena sudah terlanjur ia sembah; perempuannya ini adalah rumah termewah yang rela dikunjungi pencuri dengan tabah.
...
nyatanya ia selalu piawai membuat saya berlipat kaki. memenangi seluruh ujung rambut yang tak sekalipun berani melepaskan diri.
iba;
saya telah dikuasa sampai lupa jika hari-hari saya sedang dijajah serdadu nelangsa.mungkin karena dalam dirinya; derita kian buta dan bahagia serupa bilangan tak hingga.
...
tetapi hari ini, netranya merah. saya tahu ada sesuatu yang terbakar.
"pakailah bajumu, aku akan wudhu" ujar singkat bibir tuanku.
saya tersenyum saat punggungnya semakin jauh. dalam langkah itu, ada air mata saya yang terseret ikut serta. membentuk jejak paling sunyi dari teriakan manusia.
jadi gitu, ceritanya.