semoga kota itu terus memeluknya,

meski terlanjur —ia disetubuhi luka.

Zury Muliandari
1 min read1 day ago
Photo by Handi Sugihartian on Unsplash

bila kota umpama kekasih,
maka tak mudah memilih yang tepat
untuk dibersamai sepanjang usia

untuk menapaki jalan-jalan rusak
dari sehelai bendera yang tamak

untuk rela menukar waktu
dengan kegelisahan di pagi sabtu

padahal tangisnya tak seberapa,
dibanding kesia-siaan dalam kata ‘percaya’

yang ia tahu;
ketenangan dapat terbakar di mana saja
di lampu merah, di kantor atau di rumah
di majelis ilmu hingga di tempat hiburan kelas bawah

konon air mata adalah alat transaksi yang biasa
semata jadi harga untuk membayar kemalangan hidup setiap harinya

di kota yang penuh kesakitan,
ia lupa mengenal nama manusia

sebab kian sibuk bertanya-tanya,
siapa yang lebih jujur dari seseorang yang bukan dirinya?

dan bila kota itu umpama kekasih,
ia hanya ingin bercinta
dalam kesunyian yang gulita

telanjang dengan luka-lukanya di sekujur tubuh — yang tak lagi sanggup menjadi rahasia.

Bandung, 12 Maret 2025

--

--

Zury Muliandari
Zury Muliandari

Written by Zury Muliandari

Perihal pekerjaanku; menjadi penulis untuk kantor di kepalamu | Mari terhubung, IG: @zu.ryyy

No responses yet