Zury Muliandari
1 min readJul 10, 2020

Sayang, jika hidup selalu berputar ke arah yang kamu mau, mungkin sekarang kamu tidak akan mengetik kata-kata ini untuk mengingatkanmu bahwa kamu perlu duduk sebentar, tarik napas dalam-dalam, dan memaafkan segala hal buruk yang seharian ini kamu pikirkan.

...

"Tapi gapapa zur lu pasti bisa. Gausah jadi berisik. Biasa aja kyk pertama kali lu kenal ke gue 🙂 manis banget, pendiem. Lu gaperlu mikir kalo jadi ekstrovert dan berisik atau jadi org yg mulai percakapan duluan pasti lebih baik. Turutin kata hati lu, kalo gamau ngobrol diem aja gapapa. Itu lebih baik drpada mulut kita keliatan gemeternya wkwkw"

Aku ingin sekali memeluk seseorang yang telah mengirim pesan itu padaku. Ia mencairkan satu dari beberapa hal yang membeku di kepalaku.

"Parah ya org2 yg ngebully lu dulu idupnya gimana ya? Apa dia damai dan ga ngerasa jadi sampah masyarakat dengan perilakunya yg bikin org sampe begini"

Aku ingin sekali, menangis di depanmu saat membaca pesan itu. Menunjukkan bahwa aku sangat lemah, bahkan hanya untuk menyingkirkan masa lalu dari pandangan mataku belum mampu.

...

Sayang, di fase hidup setelah ini, kau tidak boleh secengeng sekarang. Janji ya?

Zury Muliandari
Zury Muliandari

Written by Zury Muliandari

Perihal pekerjaanku; menjadi penulis untuk kantor di kepalamu | Mari terhubung, IG: @zu.ryyy

No responses yet