Zury Muliandari
2 min readJul 14, 2020

pinterest.com

Kapan kita bertemu?
Ceritaku sudah banyak, ingin sekali kukisahkan sambil menatap kedua matamu.

Bila sesuatu telah menghalangimu menuju ke arahku, bukankah kita sudah terikat magnet yang sangat kuat untuk mengalahkannya?

Aku menunggumu dengan segala riuh dan sunyi yang melingkupi kesepianku. Dengan segala tangis yang kutahan sendirian, dengan ragam amarah yang sepanjang waktu kuredam dalam diam.

Entah bagaimana caramu menungguku. Sudah pasti aku tak pernah ingin tahu mengenai hal-hal yang membuatku cemburu. Dan betapa beruntungnya perempuan itu (meski kelak ia tak seberuntung aku yang ditakdirkan memilikimu). Setidaknya saat ini dia bersamamu, melihat jelas bagaimana lengkung senyum seseorang dalam doaku.

Atau justru kau juga sedang berjalan sendirian sepertiku?

Jangan,

Jangan tergesa-gesa.

Tetaplah melangkah sesuai dengan ritme yang kau mau, temui sebanyak-banyaknya pengalaman hebat, sebab aku adalah telinga yang akan mendengarkan hikayatmu tanpa syarat. Bersahabatlah dengan kawan-kawan yang memberimu manfaat, mengajakmu ke rumah-rumah ilmu, mengingatkanmu untuk hidup dengan pola yang sehat agar senantiasa mampu mengabdi pada umat.

Kau harus tahu, malam ini aku sedang sangat merindukanmu. Tetapi tak usah khawatir, aku ahli merawat perasaan semacam itu. Bisa kupastikan besok pagi dan hari-hari berikutnya aku telah berdamai dengan keresahan dalam diriku sendiri dan lebih tenang saat menantimu.

Aku hanya ingin bilang, bahwa ada perjalanan yang masih sangat panjang di hadapanku. Sebagian membuatku semangat, dan sebagiannya lagi membuatku ingin menyerah. Kuatkan aku, setidaknya dalam pertemuan kita di ujung sajadahmu!

Zury Muliandari
Zury Muliandari

Written by Zury Muliandari

Perihal pekerjaanku; menjadi penulis untuk kantor di kepalamu | Mari terhubung, IG: @zu.ryyy

Responses (2)