Ikhlaskan

Zury Muliandari
2 min readJun 4, 2020

--

sekitar pukul tiga tadi, ada kabar duka yang disampaikan keluarga nun jauh di sana kepada kami di sini.

namun di tengah duka itu, saya masih berbahagia, sebab maha baik Allah telah memudahkan informasi penting tersebut dapat segera tersampaikan. dan melalui karunia-Nya berupa kecanggihan teknologi, air mata yang menetes di seberang lautan pun terasa dekat sekali jatuh di pangkuan. sehingga dalam detik itu pula doa-doa langsung berdesakan memenuhi kursinya di ruang sepertiga malam.

almarhumah adalah perempuan yang melahirkan ibu, yang sejak kecil saya panggil "nenek".

saat kabar kepergiannya datang, tiba-tiba ada banyak adegan manis yang terbayang di kepala saya, seperti sedang menonton film yang sudah lama tidak saya putar.

beberapa seperti; ketika rambut saya susah di kepang, ketika saya malas makan dan malah naik sepeda di terik siang, ketika pulang sekolah dibuatkan susu kesukaan, ketika maag kambuh lalu dioleskan minyak kayu putih hingga tertidur berpelukan, ketika menangis dimarahi ayah kemudian oleh almarhumah saya selalu ditenangkan, dan ketika saya kesal harus bicara berulang-ulang saat ingatan beliau mulai berkurang.

allahumma firlaha warhamha wa afiha wa fu anha

kita semua akan pulang, mungkin hari ini nenek saya yang pamit duluan, sementara saya masih diberi kesempatan menunggu giliran.

kepada adik saya yang sebentar lagi masuk SMP, kemarin ayah bilang;

namanya bukan hidup kalau nggak ada cerita perpisahan.

jadi saya kira, bagaimanapun cara berpisahnya, cara menanggapinya tetap sama; ikhlaskan. karena kita selalu berhak untuk merengkuh rasa tenang.

akhirnya pertanyaan itu kembali membekas,

"kalau nanti sudah benar-benar hilang, seperti apa kamu ingin dikenang?"

sekali lagi, kabar tadi mengingatkan saya untuk punya jawaban yang sama.

“seperti ini, seperti ini saya ingin dikenang. dengan narasi-narasi kecil tentang kehidupan, dengan puisi-puisi pendek yang kesepian, dengan kata-kata yang terus bernafas dalam tulisan.”

Bogor, 5 Juni 2020

--

--

Zury Muliandari
Zury Muliandari

Written by Zury Muliandari

Perihal pekerjaanku; menjadi penulis untuk kantor di kepalamu | Mari terhubung, IG: @zu.ryyy

Responses (1)