IDN Times Ungkap 5 Strategi Viralkan Isu Lingkungan Kepada Millinials

Zury Muliandari
3 min readJul 29, 2019

--

Great News, Jakarta 03 Juli 2019. Reporter : Zury Muliandari

Kalian harus ingat, bumi ini tidak unlimited. Maka pemakaiannya perlu dibayar dengan kepedulian dan rasa cinta terhadap lingkungan.” Amanda Katili, Manajer Climate Reality Indonesia

Pojok Iklim bersama Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup mengadakan gelar wicara bertema “Memenangkan Hati Publik dalam Kampanye Krisis Iklim” pada 03 Juli 2019. Acara yang dimulai pukul 13.30–15.30 WIB dan bertempat di Gedung Manggala Wanabakti, Palmerah, Jakarta Barat ini menghadirkan beberapa narasumber kondang seperti Amanda Katili (Manajer Climate Reality Indonesia), Uni Lubis (Pemimpin Redaksi IDN Times), Ahmad Arif (Jurnalis Kompas), serta dimoderatori oleh Trisia Megawati (Humas APHI) dengan audiens para mahasiswa dan jurnalis.

Pada pembuka acara, sang moderator mengungkapkan, “Hampir setiap detik kita berkomunikasi dan setiap detik dunia berevolusi. Tetapi banyak dari kita pula memilih tidak peduli dengan berbagai perubahan yang detik ini sedang terjadi. Bahkan, pada berubahnya iklim bumi yang menjadi hal esensial untuk masa depan anak cucu nanti.” Pernyataan ini merujuk pada terjadinya miss komunikasi antara beberapa pihak dalam menyebarluaskan informasi terkait isu iklim yang akhirnya membuat masyarakat terkesan apatis terhadap problematika tersebut.

Melalui gelar wicara itu, pojok Iklim berusaha menjawab kompleksitas komunikasi dalam menyampaikan informasi terkait isu-isu lingkungan yang terasa masih asing di ranah publik khususnya millenials, agar setelah adanya pemahaman yang baik, informasi tersebut mampu diterjemahkan dalam bentuk kegiatan yang implementatif dalam upaya merawat dan menjaga kelangsungan hidup bumi kita.

Uni Lubis selaku Pemimpin Redaksi IDN Times menjelaskan beberapa strategi untuk menarik perhatian millenials dalam menyampaikan informasi tentang edukasi terhadap lingkungan yang selama ini telah diterapkan pada media daringnya, melalui strategi ini diharapkan para mahasiswa maupun jurnalis dapat lebih aktif pada kegiatannya memasifkan informasi dalam kanal digital. Berikut beberapa rangkumannya :

1. Penyajian artikel menggunakan angka (pointer)

Fakta yang menyebutkan bahwa 79% millenials membuka smartphone 1 menit setelah bangun tidur menyentil para jurnalis untuk selalu mengupdate informasi secara cepat dan mengemasnya dalam tulisan yang menarik. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan millenials terhadap gawai yang begitu tinggi dengan keberagaman akses informasi. Oleh karena itu, sajian artikel dengan bentuk pointer akan membantu millenials untuk memahami suatu fenomena dalam hitungan waktu yang relatif singkat meski topik yang diangkat tidak terlalu dekat dengan jangkauan pengetahuan mereka.

2. Mengakui keajaiban aspek audio-visual

Kita semua tahu jika millenials adalah generasi yang aktif beraktifitas di era digital. Pada era ini pula, fotografi dan cinematografi merupakan aspek yang menjadi teman saat mencari informasi sehingga menggugah rasa nyaman ketika mengaksesnya. Maka, kualitas gambar dan video yang baik menjadi daya tarik tersendiri bagi millenials dalam memilih referensi informasi yang ingin mereka ketahui. Oleh karena itu, mengakui kehebatan aspek visual dengan unsur estetika tinggi dan menyertakanya pada setiap artikel yang kita akan publikasi dapat menjadi cara kreatif untuk memikat minat baca mereka. Tentunya menggunakan kualitas yang High Definition (HD)

3. Menggunakan multiplatform media

Selain konten yang menarik, informasi terkait isu-isu lingkungan ini juga harus disebarluaskan pada berbagai jejaring sosial. Misal, artikel yang sebelumnya hanya dipublikasikan pada media daring perusahaan, kini juga perlu diberi tautan menuju laman instagram dengan mengkreasikan teknik instagram magazine pada fitur stories. Begitu pula tautan ke laman facebook, twitter, dan sosial media lainnya dengan menyiapkan penyajian informasi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pengguna.

4. Mempertahankan konsistensi

Dalam menyebarkan informasi yang masih kurang akrab di telinga masyarakat, maka hal yang sangat penting untuk diterapkan yakni konsitensi yang stabil. Hal ini diperlukan agar isu tersebut tidak hanya dianggap sebagai isu musiman yang akan dilupakan setelah sukses menduduki trending topic. Mempertahankan konsistensi dapat dilakukan dengan aktif menghadiri kajian maupun seminar terkait penyelamatan lingkungan agar jurnalis selalu peka terhadap perkembangan terbaru dari permasalahan yang krusial dan penting untuk disampaikan ke khalayak.

5. Melakukan kolaborasi

Suatu pengetahuan akan sulit untuk diketahui dengan cepat jika hanya dibagikan oleh sedikit kepala. Menggabungkan nilai-nilai yang serupa pada beberapa media melalui project kolaborasi tentu memudahkan proses penyebaran informasi menjadi lebih efisien. Bekerja sama dalam membuat event yang mengangkat tema iklim lalu mempublikasinya lewat iklan atau promosi suatu produk ramah lingkungan akan memberi keuntungan terhadap kedua pihak. Hal ini perlu dilakukan agar terciptanya manajemen informasi yang lebih luas dan terkendalikan.

Itulah 5 strategi yang dipaparkan IDN Times pada gelar wicara pojok iklim sebagai bentuk sosialiasi untuk mengajak masyarakat khususnya kalangan jurnalis agar mampu menyajikan informasi yang edukatif kepada millenials melalui beberapa cara yang kreatif.

(UAS Mata Kuliah Jurnalisme Daring)

--

--

Zury Muliandari
Zury Muliandari

Written by Zury Muliandari

Perihal pekerjaanku; menjadi penulis untuk kantor di kepalamu | Mari terhubung, IG: @zu.ryyy

No responses yet