Zury Muliandari
1 min readNov 2, 2021

ia tak mudah menangis tetapi akhir-akhir ini; sering. cuaca dan suhu yang berperilaku manja membuatnya nyaman bertemu air mata.

tidak ada yang ia sembunyikan begitu terlalu. catatan di gawai itu hanyalah bagian dari kepura-puraan. sebab menjadi manusia, katanya butuh ruang.

kadang perpisahan semanis senyum yang tiba-tiba datang dari kawan lama. agak canggung, bahkan untuk meresponnya dengan lengkung bibir milik si doa.

ia suka segala hal acak. ia mengagumi kekacauan sebagaimana sakit yang minta disembuhkan. menyadari banyak bagian dari dirinya sedang tak baik adalah tabungan untuk mati muda.

dan rasanya menunda jam kerja persis seperti bercinta dengan orang asing. hangat yang hampa. sunyi yang berisik. atau malam yang pagi.

sajak di alisnya sudah selesai menyusun kisah. bait terakhir adalah tentang keraguan. mencintaimu secukupnya atau sehebat yang ia bisa?

perihal kegemarannya meromantisasi jalanan jakarta bukanlah masalah besar. kau tahu ia seorang melankolia yang mau dipukul sekuat-kuatnya realita tetap berteduh di tubuh kata-kata.

sudah larut, matahari harus rindu lihat mata kantuknya. selamat istirahat, …

Zury Muliandari
Zury Muliandari

Written by Zury Muliandari

Perihal pekerjaanku; menjadi penulis untuk kantor di kepalamu | Mari terhubung, IG: @zu.ryyy

No responses yet