Eco Fashion Carnaval 2019 : Menyelamatkan Bumi Lewat Karya Seni
Great News, Jakarta 29 Juni 2019. Reporter : Zury Muliandari
“Nilai akhir dari proses pendidikan, sejatinya terrekapitulasi dari keberhasilannya menciptakan perubahan pada dirinya dan lingkungan. Itulah fungsi daripada pendidikan yang sesungguhnya.” –Good Reads
Ayu, perempuan dengan paras jelita berusia 23 tahun adalah seorang guru kesenian di SMAN 69 Jakata sekaligus salah satu model pada kegiatan Eco Fashion Carnaval yang diselenggarakan oleh Astra Internasional Tbk, 29 Juni 2019 di Pulau Pramuka.
Berbeda dengan busana peserta lainnya, ia membawa sepasang lumba-lumba yang ikut menghias tubuhnya. Saat ditanya mengenai makna dari bentuk lumba-lumba tersebut, Ayu menjelaskan, “Ini adalah sepasang lumba-lumba yang bersahabat. Mereka menjaga laut dan kehidupan di dalamnya. Lumba-lumba menjadi simbol bahwa betapa hewan di laut ingin juga ikut bersahabat dengan manusia. Namun manusia malah sering merusak ekosistem mereka dengan membuang sampah sembarangan dan sama sekali tidak menunjukkan keramah-tamahannya. Bahkan faktanya, setiap hari diperkirakan ada 50–100 spesies flora dan fauna akan punah sebagai akibat dari campur tangan manusia.”
Guru yang baru mengajar selama 2 tahun di SMA tersebut mengaku sangat termotivasi memeriahkan acara karnaval ini untuk menyemangati murid-muridnya dalam menyelamatkan lingkungan melalui proses kreatif yang juga bernilai ekonomis. Menurutnya, sebagai salah seorang pengajar di sekolah yang menyandang gelar Adiwiyata sudah sepatutnya ia terlibat aktif pada kegiatan-kegiatan yang peduli terhadap isu lingkungan.
Bermodalkan imajinasi serta semangat peserta didik yang dimilikinya, Ayu berhasil menduduki nominasi 3 terbaik di antara 28 peserta lain yang berasal dari beragam profesi. Ia optimis bahwa prestasi yang diraihnya itu akan berdampak positif pada peningkatan kesadaran siswa-siswi sekolahnya untuk tetap berkarya sekaligus menyampaikan pesan-pesan tersirat dari keresahan lingkungan mereka.
“Akibat pertumbuhan penduduk dunia terutama di Indonesia yang kian meningkat, hal ini memberikan kontribusi sampah setiap harinya. Sedikit hal yang bisa saya lakukan adalah dengan mendesain busana yang saya pakai ini dengan memanfaatkan ornamen sampah plastik. Saya pun hanya mendesain, seutuhnya dibuat oleh murid-murid saya. Mereka mengerjakannya selama 3 hari dengan penuh semangat. Plastik-plastik bekas mereka peroleh dari hasil mengelilingi rumah-rumah warga dan mengumpulkan bahan-bahan yang sudah tidak lagi terpakai. Saya senang bisa mengenakan hasil karya mereka di hadapan banyak orang seperti ini.” Jelas Ayu sambil menunjukkan detail motif busananya yang ia banggakan.
Ayu berpesan kepada guru-guru muda di luar sana untuk dapat menginspirasi anak didiknya dengan melakukan hal-hal yang mengarahkan mereka pada produktivitas baik dalam berkesenian maupun pengembangan ilmu pengetahuan. “Awalnya sempet ragu sih daftar jadi model di acara ini, tapi akhirnya mikir lagi kalau saya bisa tampil di sini, saya akan punya kesempatan untuk menyampaikan keinginan saya mengedukasi lebih banyak orang tentang estetika dari eco fashion yang masih sering dipandang sebelah mata.” Tutur Ayu saat menambahkan opininya.
Realitanya, Eco Fashion Carnaval ini tidak hanya memfasilitasi ide-ide hebat untuk unjuk kebolehan saja. Tetapi juga menjadi ajang inspirasi bagi orang-orang yang bertekad menyelamatkan bumi melalui karya seni.
…
(UAS Mata Kuliah Jurnalisme Daring)