Dimensi tanya #kesepuluh : mengakhiri sebuah awal
malam ini saya ingin sekali bercinta dengan emosi, sambil menyentuh cahaya Rumi dalam tarian sufi. melawan jarum jam, dan berputar arah tiada henti. merahasiakan seluruh bisik angin pada wajah dunia yang dingin. kemudian memudar di pangku mahabbah rindu ketika irama musik khas timur tengah sedang mengalun terlampau merdu.
katanya, kematian adalah perkawinan dengan keabadian.
maka bolehkah saya meminta sebait syair serta sepotong zikir untuk sebuah mahar? tetapi, pada siapa?
hmm baiklah, lebih baik saya bergegas pulang ke rumah dan mengunci keinginan saya tadi. hingga saatnya nanti, seseorang akan mengetuk hasrat itu kembali untuk melihat senyum di bibir saya yang terakhir kali. anjay, wkwk
sekarang, saya mau menulis kesimpulan dari rangkaian sepuluh dimensi tanya yang entah esensinya apa. namun semoga tulisan ini dapat menjadi pengingat bagi saya (semoga bagi dirimu juga), bahwa yang dianggap sia-sia akhirnya selalu memiliki ruang untuk dihuni makna. letsgoooooooooo!
- dimensi tanya pertama : seperti rahasia
dalam tulisan ini, saya sok-sok-an banget bikin cerita fiksi, padahal saya tahu nggak punya bakat ke arah sana sama sekali. walaupun hobi saya berimajinasi *kaya spongebob:’) tapi sebenarnya saya lebih suka membuat tulisan-tulisan yang hanya bersifat opini atau biasanya menulis artikel-artikel ilmiah yang emang kiblatnya fakta dan logika, bukan kayak dimensi tanya pertama itu:( tapi nggapapa, saya jadi bangga sama diri saya karena sudah mengamalkan sunnah dalam lagu fourtwenty; keluar dari zona nyaman, haha.
intinya sih, dalam tulisan itu, saya menggunakan sosok Viola sebagai perantara dari kepala saya untuk mengungkapkan bahwa keterdiaman yang mungkin sudah membeku terlalu lama bisa dicairkan dengan sebuah tanda tanya. keterdiaman itu bisa berbentuk apa saja. bisa jadi kemarahan dalam diri sendiri, kesedihan yang sudah lumutan selama waktu tahunan, atau bahkan perasaan jatuh cinta diam-diam sama seseorang yang bertepuk sebelah tangan dan belum juga berpotensi memperoleh balasan*yailah zur-_-hehe, gitu deh pokoknya. kamu ngerti kan sama pikiran saya yang nggakjelas ini? jadi, nanti kalau misal kamu mengalami hal seperti itu atau terjebak dalam keadaan yang buntu titik terang, pecahkan saja gelasnya! eh maksudnya, pecahkan saja kebingungan itu dalam sebuah pertanyaan. karena berdasarkan para ahli kehidupan di masa sebelum kita, mereka berpesan kalau hidup terasa sudah berada pada titik terendahnya maka berdirilah and then start with question! Contoh : apa yang akan kamu lakukan pertama kali kalau corona sudah pamit dari bumi? HEHEHE
- dimensi tanya kedua : bagaimana caranya berani mengaku lemah?
saya baru nyadar, dimensi tanya yang ini judulnya click bait juga ya wkwk tapi sayang, ekspektasi orang-orang yang berharap akan dapet tips jitu dari tulisan ini bakalan musnah :’) tapi buat saya, dimensi tanya kedua ini lumayan dalam untuk diselam. keterkaitan dengan dimensi tanya pertama terletak pada akhir paragraf yang sebenarnya sedang memberi petunjuk untuk lekas jujur pada diri sendiri dan berhenti menjadi robot duniawi. kuncinya ada pada sosok Rahman yang sering saya temui karakternya pada dunia nyata. wahai Rahman, kamu nggak akan bisa bantu orang-orang kalau kamu nggak ngebantu dirimu sendiri dulu.
- dimensi tanya ketiga : atraksi hidup penuh kejutan
kalau yang iniiii, hanya karena saya memang sejak dulu punya impian jalan-jalan ke Praha sih wkwkwk dan untuk meyakinkan diri saya sendiri kalau suatu saat dreamlist itu bakalan jadi nyata, yaudah jadi saya minjem tokoh Niskala dulu untuk membuktikannya dalam sebuah fiksi mini hehe
- dimensi tanya keempat : berkunjunglah
dimensi tanya ini membuat saya lebih sensitif sama diri saya sendiri. karena intinya adalah mencari jawaban dari arti nama zury muliandari. jadi, kalau misal nanti ada hari-hari dimana saya khilaf dan lupa diri, semoga makna dari nama saya bisa menuntun saya untuk pulang. kalau arti namamu, apa? sudah berkunjung ke sana belum?
- dimensi tanya kelima : memoar luka
duh, dimensi tanya kelima adalah diorama dari pikiran saya yang sepertinya mirip neraka. tapi, saya juga nggak sanggup kalau harus kehilangan surga. jadi ini adalah pengingat untuk diri saya, jangan sampai kelak mewariskan hal yang melukai norma. namun, kalau hal itu tetap terjadi di luar kendali saya, memaafkan ialah kata kerja yang harus selalu tersimpan dalam hati saya.
- dimensi tanya keenam : musim hujan di pipi Soraya
tulisan pada dimensi tanya keenam ini merupakan ekspresi syukur saya karena telah dipertemukan dengan perempuan sehangat Soraya, meskipun dirinya adalah musim hujan yang selalu basah. dalam tulisan ini, pertanyaan untuk apa Soraya mengkhawatirkan lara adalah pesan yang ingin saya sampaikan padanya. karena, tentu segala sedih bahagianya sudah diatur sebaik mungkin oleh sang Maha. saya berharap Soraya akan ahli mengendalikan resah yang gemar mampir ke malam-malamnya.
- dimensi tanya ketujuh : paket?
saya lagi kangen sama TIM! dan tiba-tiba … sebuah kejadian kecil membuyarkan semua kerinduan saya;) maka jadilah tulisan itu.
- dimensi tanya kedelapan : sarkasme yang sakarepmu
dalam dimensi tanya ini, saya sedang menampar diri saya untuk lebih sering membaca. karena semakin saya tidak melakukannya, semakin saya merasa tidak berguna di hadapan diri saya. maka semoga kalau suatu hari saya malas membaca, saya akan malu saat mampir ke dimensi tanya kedelapan.
- dimensi tanya kesembilan : bertemu dengan jawaban
semuanya di luar kendali saya. kejadian demi kejadian terus datang membentuk banyak sekali pertanyaan. hingga semesta, memberi jawaban dalam rupa paling mengejutkan. untuk hal ini, semoga saya semakin paham bahwa apa yang saya lakukan memang tak pernah luput dari perhatian alam. maka saya harus mengakui jika bahasa takdir selalu mahir untuk membuat manusia tak habis pikir. dan mesti bersyukur, setelahnya.
- dimensi tanya kesepuluh : mengakhiri sebuah awal
dan dengan kalimat ini, saya ingin mengakhiri sepuluh dimensi tanya yang saya tulis selama kegelisahan menanti corona sirna;) semoga besok ada awal yang baik, untuk memulai perjalanan baru yang lebih menarik. perjalanan dari huruf ke huruf tentunya, kalau dari rumah ke rumah nanti dikira sedang nyanyi lagu Hindia, hehe
terima kasih sudah menemani saya💙