bagian II.

melanjutkan tulisan sebelumnya, saya masih ingin ngoceh di sini.

Zury Muliandari
2 min readJun 14, 2023

3. mencintai distraksi

entah bagaimana perspektif ini bisa singgah, namun pandangan tsb membuat saya lebih mudah melihat hidup yang tidak selalu biru. sebab seringnya hitam, abu-abu, bahkan ronanya kadang semerah gincu.

hm, ada banyak sekali metafora yang menari di pikiran saya, tetapi yang jelas, saya senang karena mengetahui bahwa hidup bukan tentang 1+1=2.

mungkin saja distraksi membuat saya kepayahan menghitung-hitung berkat. distraksi membuat saya berhenti mengaku-ngaku mampu. distraksi membuat saya mencintai rupa belenggu. distraksi juga seringkali menyeret saya ke ruang yang tak ingin saya tuju.

anehnya; distraksi tidak membuat saya ragu, ia justru menyadarkan saya jika hidup begitu dinamis dan saya hanya perlu yakin pada tiap hal yang saya mau.

4. menjadi baik adalah rezeki

walaupun saya sering bilang, “jadi baik aja nggak cukup” tapi rasanya mencukupkan rezeki dengan menjadi baik adalah perspektif yang tidak buruk.

sebab kebaikan nggak punya limitasi, jadi latihannya bisa diulangi setiap hari, dan potensi gagalnya juga bisa setiap hari. beda lho ya, baik dan bodoh. stigma — orang yang terlalu baik kerap dibodohi — memang sedih didengar.

tapi setidaknya, memilih peran dalam hidup itu penting. dan peran untuk menjadi baik kayaknya masih berat dilakukan walau garansinya disayang Tuhan, padahal itu rezeki yang paling mahal, kan? di islam, perintah ini secara istimewa disebut; fastabiqul khairat.

5. mendokumentasikan hidup

dalam ragam bentuk dan media, saya percaya; hidup jadi lebih hidup. pada gambar, atau bunyi. atau narasi.

melihat hidup melalui berbagai perspektif adalah keharusan agar pikiran tetap waras. dengan mendokumentasikannya, kita mengarsipkan waktu. mengabadikan memori. menyunting kisah — kasih secara autentik. mengamati perubahan diri. mendengar emosi tampak riuh dalam seni.

maka itulah yang saya lakukan, terus ingin saya lakukan.

dan, terima kasih sudah hadir, sampai bertemu di keriuhan lainnya🤍

--

--

Zury Muliandari
Zury Muliandari

Written by Zury Muliandari

Perihal pekerjaanku; menjadi penulis untuk kantor di kepalamu | Mari terhubung, IG: @zu.ryyy

Responses (1)