Artificial Intelligence dan Ancaman Profesi Wartawan

Zury Muliandari
3 min readJul 29, 2019

--

Great News, Jakarta 23 Juli 2019. Reporter : Zury Muliandari

Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) memperingati hari ulang tahun yang ke-31 di Hall Dewan Pers pada Selasa, (23/07/2019) sekaligus menjadi momentum peluncuran buku Uji Kompetensi Wartawan Edisi 3 disertai dengan presentasi dan dialog terbuka bertajuk “Bisnis Media Pada Revolusi Industri 4.0”.

Jika yang ditulis hari ini masih hanya sekadar informasi, tentu tidak akan cukup memikat pembaca. Karena kelak reporter harus bersaing dengan super computer yang sudah mahir menulis berita. Maka agar tetap eksis dan dilirik, kita harus menyandingkannya dengan teknologi. Misal memanfaatkan perkembangan artificial intelligent dalam jejak jurnalisme digital.” Jelas Tri Agung Kristanto, Chief Executive Officer Grup Kompas Gramedia saat mengawali presentasinya.

Presentasi yang turut dipaparkan oleh Toriq Hadad (Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk) memang terlihat begitu serius mendalami perkembangan isu jurnalisme digital yang pada abad ini telah berhasil melahirkan robotic journalism atau wartawan robotik. Hal tersebut menjadi sorotan bahwa selain bergantinya profesi wartawan dengan robot, ancaman terbesar surat kabar adalah perusahaan media yang dalam kurun waktu tertentu akan menghentikan produksinya.

Realitas ini menjadi peringatan bagi perusahaan media agar lebih siap beradaptasi dan terus melakukan inovasi demi membangun market place yang baru. Misalnya kolaborasi news room dan event, iklan, membangun institut serta menjalin koorporasi yang baik dengan para akademisi untuk meluaskan jaringan bisnis.

Ketua Dewan Pers, Prof. Dr. Ir. Muhammad Nuh menegaskan “Yang bisa bertahan bukanlah yang paling kuat, tetapi yang mampu merespon perubahan dengan cepat dan cermat.”

Melalui dialog tersebut, jurnalis dituntut untuk menjadi pembelajar sejati yang terus bertumbuh dengan 2 kunci, yakni kredibilitas dan kreativitas. Kredibel sebab memiliki standar uji kompentensi yang relevan, dan kreatif karena inilah yang menjadi titik pembeda antara manusia dengan robot. Kreativitas mampu melahirkan interpretasi yang menarik pada sebuah informasi dan memberinya nyawa untuk tetap hidup di ingatan publik tanpa tersaingi oleh kecerdasan buatan.

Di akhir acara, secara optimis Tri Agung Kristanto menjawab pertanyaan penulis tentang mengapa wartawan tidak perlu khawatir mengenai ancaman profesinya yang akan tergantikan oleh robot. “Riset menyebutkan bahwa artificial intlelligence memang akan menghilangkan sekitar 800 juta profesi di dunia ini. Di antaranya dokter bedah, tukang parkir, pelayan restoran, dan begitu banyak lagi yang lain. Namun beruntungnya wartawan adalah salah satu pekerjaan yang tidak disebutkan akan terganti oleh robot meski replikanya sudah pernah di uji menjadi presenter televisi di negara Jepang. Tapi kenyatannya tidak ada yang bisa menandingi wartawan yang terjun ke lapangan dan tahan terhadap situasi paling krisis. Oleh karena itu, digital journalism tidak cukup canggih untuk menangkap suasana tak tersurat yang hanya mampu dirasakan oleh indra manusia. Jadi, wartawan hanya perlu membuang kecemasannya dan tetap mau meningkatkan kompentensi mereka saja.”

Kali ini LPDS berhasil menggelar sebuah perayaan ulang tahun yang mengesankan sekaligus menegangkan bagi beberapa jurnalis muda yang baru memulai karirnya sebagai buruh tinta. Merupakan seremonial yang baik jika dimaknai dengan bijak bahwa perubahan tidak selalu berarti ancaman melainkan suatu pesan untuk memulai langkah baru yang lebih mengagumkan di masa mendatang.

(UAS Mata Kuliah Jurnalisme Daring)

--

--

Zury Muliandari
Zury Muliandari

Written by Zury Muliandari

Perihal pekerjaanku; menjadi penulis untuk kantor di kepalamu | Mari terhubung, IG: @zu.ryyy

No responses yet